Jumat, 12 Desember 2008

Bicara Hak Asasi Tidak Bisa Bisik-bisik

Jumat, 12/12/2008 08:32 WIB

Salomo Sihombing - detikBandung

Bandung - Meski isu hak asasi manusia sudah dibicarakan secara global, nyataannya selalu ada kontroversi yang berbeda-beda di tiap negara atau daerah. Tetapi yang pasti, hak asasi harus dibicarakan secara terbuka, bukan berbisik-bisik.

Memperingati hari deklarasi universal Hak Asasi Manusia (HAM) yang tepatnya pada 10 Desember, isu hak asasi mewarnai hampir seluruh simpul komunikasi dan informasi. Koran-koran, televisi, radio, internet, mengangkat isu hak asasi manusia. Bahkan di banyak daerah ada gerakan sipil yang turun ke jalan-jalan berteriak menuntut ketidakadilan yang terjadi di berbagai sisi kehidupan.

Salah satu acara terkait peringatan HAM di Bandung, pada 6 Desember 2008 sampai 10 Januari 2009 digelar pameran foto yang mengisahkan Anne Frank.

Nama wanita Yahudi yang tinggal di Belanda ini telah menjadi seperti reverensi di tiap pembahasan isu HAM global, karena catatan hariannya yang mengisahkan bagaimana tragedi HAM yang terjadi di zaman Nazi.

"Kita berbicara HAM tidak bisa sembunyi-sembunyi, harus dibuka di ruang publik. Untuk menghilangkan diskriminasi, kita harus total. Harus tahu siapa yang setuju, siapa yang tidak. Baru kemudian kita buka ruang diskusi," ujar Direktur Common Room Gustaff H Iskandar, saat ditemui detikbandung di tempat kerjanya di Jalan Kyai Gede Utama No.8, Kamis (11/12/2008).

Tidak hanya menggelar pameran, ada juga serangkaian kegiatan lain seperti diskusi, juga workshop untuk memasyarakatkan budaya menulis sebagai referensi oral history yang belum populer di Indonesia.

Dijelaskan alumni ITB tersebut, dipilihnya tokoh asing sebagai tema pameran dijelaskan Gustaff karena sangat sulit mencari contoh kasus lokal yang bisa dijabarkan secara jelas.

"Saya membuka ruang diskusi juga di internet dan ada yang bertanya, mengapa harus Anna Frank, kenapa tidak tokoh-tokoh lokal? Itu bisa terjawab disendiri. Siapa yang bisa kita bahas kasus lokal? Marsinah? Wartawan yang mencoba mengangkatnya pun dianiaya. Munir apalagi, lebih gelap," tuturnya.

Namun ditambahkan Gustaff, pergerakan di Bandung untuk membahas dan mendokumentasikan isu-isu lokal sebenarnya sudah dilakukan sejak beberapa tahun terakhir. "Sebelumnya sudah dimulai oleh teman-teman Ujung Berung, ada yang menulis Ivan Scumbag. Di buku yang ditulis Kimung itu banyak sekali masalah-masalah lokal yang diangkat," tuturnya.

Kegiatan lain yang juga digelar adalah pemutaran dan diskusi film "Freedom Writers" yang disutradarai Richard LaGravenese. "Tahun depan, kita ingin kegiatan ini bisa kita bawa ke beberapa kota lain di Indonesia," simpul Gustaff.

Ayo ngobrol seputar Kota Bandung di Forum Bandung.

(lom/lom)


http://bandung.detik.com/read/2008/12/12/083225/1052448/486/bicara-hak-asasi-tidak-bisa-bisik-bisik

Tidak ada komentar: